Dari keempat tempat itu, mempunyai perbedaan yang signifikan dan nampak jelas. Pertama, jelas menu yang disuguhkan.
Kedai dan coffee shop mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan warung kopi dan angkringan. Menu yang disajikan lebih mengandalkan kualitas. Berbeda dengan warung kopi dan angkringan yang seadanya.
Warung kopi dan angkringan juga tidak membutuhkan alat canggih untuk membuat kopi. Juga tidak perlu memerlukan timbangan, karena bermodal kopi sachetan sudah cukup.
Soal harga juga kontras. Warung kopi dan angkringan mempunyai harga yang lebih miring. Jelas, faktor kualitas juga menentukan harga yang dipatok oleh penjual.
Sebagai anak muda kebanyakan memilih kedai dan coffee shop. Alasannya, tempat ini lebih nyaman dan tentunya Instagramable.
Namun, sebagai anak muda yang peduli wong cilik. Sudah sepatutnya kita juga memikirkan jurang ekonomi yang akan terbentuk. Apabila orang lebih menyukai datang ke kedai ataupun coffee shop.
Kedai ataupun coffee shop dimiliki oleh orang-orang yang bergelimang harta. Mereka mempunyai banyak uang untuk menginvestasikan uangnya menjadi sebuah tempat usaha perkopian.
Ibaratnya mereka itu sudah kaya. Apabila kita berbelanja ke tempat mereka, jelas mereka akan lebih kaya lagi. Istilah yang sering digaungkan seperti memberikan garam di laut.
Di sisi lain, apabila kita ngopi di warung kopi atau di angkringan sedikit berbeda. Jarang sekali pemilik kedua tempat tersebut yang merupakan orang kaya. Kebanyakan dari mereka ekonominya pas-pasan. Memulai usaha dengan modal nekat.
Sehingga, saat kita ngopi di warung kopi atau angkringan, kita juga turut menyumbang orang-orang pas-pasan agar hidupnya lebih berkecukupan. Jurang ekonomi juga tidak akan terbentuk.
Maka dari itu, apabila seorang pemuda ingin menghilangkan sendi-sendi kapitalisme, salah satu yang dilakukan adalah ngopi di warung kopi ataupun angkringan.
Postingan
0 Komentar