Jumat, 8 Desember 2023, selepas waktu Asar, Masjid Baitur Rohman di Lingkungan Tanggung, Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar berbeda dengan kondisi biasanya. Ada puluhan masyarakat yang menenteng tas dan bekal untuk dibawa bepergian.
Sore itu, mereka berencana berziarah ke makam waliyullah sebutan bagi kekasih Allah. Puluhan makam di Jawa Timur menjadi tujuan. Karena faktor bus yang terlambat, rombongan akhirnya baru berangkat jam 5 sore.
Petilasan Sheikh Subakir
Belum ada separuh perjananan, rombongan memilih berhenti. Di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar ada petilasan Sheikh Subakir. Di tempat itu rombongan memanjatkan doa kepada pembabat tanah Jawa tersebut.
Sebelumnya rombongan juga menunaikan solat Magrib. Waktu keberangkatan memang disesuaikan agar bisa bersembah yang terlebih dahulu sebelum menempuh perjalanan yang lebih jauh.
Saat perjalanan kembali dilanjutkan panitia memberitahukan destinasi makam yang bakal menjadi tujuan selanjutnya. Tujuan berikutnya ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Makam Sheikh Jumadil Kubro
Mengunjungi Trowulan Mojokerto tidak melulu mengunjungi situs Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya. Ada Makam Sheikh Jumadil Kubro, salah satu tempat yang ramai dikunjungi para peziarah.
Berhubung rombongan menaiki bus, jarak antara parkiran bus dan makam sekitar 600 meter. Pengunjung bisa jalan kaki atau naik ojek dengan ongkos yang harus dikeluarkan sebesar Rp 5 ribu.
Usai memanjatkan doa, rombongan bergegas kembali ke bus. Mereka diimbau membuka bekal yang dibawa dari Blitar. Bagi yang tidak membawa bekal harus membeli makanan di warung.
Makam Sheikh Samsudin Batu Ampar
Perjalanan panjang baru saja dimulai. Bus harus menempuh rute jauh dari Mojokerto ke Pamekasan melewati Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Pulau Jawa dan Madura. Makam selanjutnya yang dituju ialah Makam Sheikh Samsudin Batu Ampar. Kami sampai di sini sudah Sabtu (9/12) dini hari.
Lokasinya ada di Dusun Batu Ampar, Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Di sini tenaga harus mulai dikerahkan, sebab harus berjalan kaki untuk menuju makam.
Bagi yang ogah berjalan kaki, bisa menggunakan jasa tukang ojek untuk mengantarkan sampai ke lokasi. Ongkosnya tidak mahal, hanya perlu merogoh kocek Rp 5 ribu. Berhubung sampai Batu Ampar sudah masuk waktu Subuh, akhirnya sembahyang sekalian.
Sayyid Yusuf
Anggapan makam Sheikh Samsudin merupakan tujuan paling jauh ternyata salah. Ada tujuan yang lebih jauh lagi. Bahkan yang satu ini harus menyeberang laut. Makam yang dituju ialah Sayyid Yusuf. Lokasinya ada di Pulau Poteran, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep.
Bus harus berhenti terlebih dahulu di Pelabuhan Sumenep. Kemudian rombongan turun lalu menaiki perahu ke Pulau Poteran. Dari situ rombongan berjalan kaki sampai ke wilayah makam.
Usai kegiatan berziarah di Makam Sayyid Yusuf, rombongan berangsur-angsur mencari warung. Mereka mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. Saya memilih soto ayam khas Lamongan sebagai menu sarapan.
Asta Tinggi
Perjalanan di Kabupaten Sumenep terus berlanjut. Kali ini kami menuju ke Asta Tinggi, sebutan pemakaman raja-raja di Sumenep. Saat di lokasi ternyata lumayan banyak peziarah dari luar kota. Mereka memanjatkan doa kepada para pendahulu.
Siang itu badan terasa gerah, tidak sedikit yang memilih berganti pakaian. Bahkan ada yang mandi untuk menyegarkan badan. Ada pula bagian dari rombongan yang memesan kopi sambil merokok.
Asta Tinggi punya lokasi yang luas. Lokasinya memang berada di ketinggian. Sehingga peziarah bisa melihat pemandangan Kabupaten Sumenep dari ketinggian. Usai dari Asta Tinggi perjalanan melewati daerah bibir pantai dan pusat Kabupaten Sumenep.
Ki Ageng Jaka Tarub
Selesai berkeliling di Kabupaten Sumenep perjalanan dilanjutkan ke Pamekasan. Kini tujuannya di Ki Ageng Jaka Tarub. Tempat ini juga merupakan pemakaman yang biasa jadi lokasi ziarah.
Lokasi makam Ki Ageng Jaka Tarub tergolong unik. Soalnya berasa berada di bawah pohon bambu yang rindang. Kalau pas musim hujan peziarah bakal kehujanan karena tidak ada atap di sekeliling area pemakaman.
Di lokasi ini tidak menghabiskan waktu lama. Tidak ada penjual makanan seperti tempat pemakaman sebelumnya. Sehingga waktu tersebut bisa dialokasikan untuk perjalanan yang masih lama.
Mbah Kholil Bangkalan
Perjalanan dari Pamekasan ke Bangkalan tersendat. Saat bus memasuki wilayah Sampang terjadi kemacetan, ada perbaikan jalan di Sampang. Akibatnya jadwal perjalanan ziarah menjadi terganggu.
Rombongan baru memasuki kawasan Makam Mbah Kholil Bangkalan sekitar jam setengah 10 malam. Sebelumnya rombongan sempat berhenti sejenak untuk makan malam di sebuah warung makan.
Di Makam Mbah Kholil tidak menghabiskan waktu lama, soalnya jarak antara malam dan tempat parkir begitu berdekatan. Usai memanjatkan doa peziarah langsung bergegas menuju bus untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Surabaya.
Sunan Ampel
Tak terasa kami kembali menginjakkan kaki di tanah Jawa. Tepatnya di Makam Sunan Ampel. Dari seluruh makam Wali Songo, Sunan Ampel merupakan tempat yang paling sering saya kunjungi. Hampir setiap kali ke Surabaya selalu mampir ke sini.
Berbeda pas naik sepeda motor, saat naik bus peziarah harus berjalan kaki dengan jarak yang lebih jauh. Lumayan menguras tenaga, tapi ini demi menuntaskan dahaga spiritual.
Sudah menjadi kebiasaan saat ke Sunan Ampel selalu meminum air di situ. Kata kebanyakan orang meminum air dari wilayah pemakaman wali bisa membawa keberkahan. Bahkan ada yang sudah membawa wadah lalu membawa air itu untuk dibawa pulang.
Sunan Giri
Separuh perjalanan berhasil dilalui. Kini rombongan bergegas menuju Kabupaten Gresik. Makam Sunan menjadi tujuan berikutnya. Sebelum turun dari bus rombongan diwanti-wanti agar nanti menaiki ojek untuk menuju lokasi makam.
Setelah setengah jam perjalanan dari Surabaya melalui jalan tol, rombongan akhirnya tiba. Tukang ojek langsung menawari jasa untuk mengantar sampai ke makam. Ongkosnya Rp 10 ribu untuk sekali perjalanan.
Untuk menuju ke makam, ada ratusan tangga yang harus dilalui. Jangan heran apabila badan terasa ngos-ngosan usai sampai tangga terakhir. Kami berada di Makam Sunan Giri, waktu sudah Ahad (10/12).
Maulana Malik Ishaq
Usai berada di Gresik, tujuan berikutnya ialah Kota Pecel Lele--Lamongan. Ada dua lokasi yang bakal kami tuju. Pertama Makam Maulana Malik Ishaq dan Makam Sunan Drajat. Lokasinya keduanya tidak berjauhan.
Maulana Malik Ishaq berada di pinggir laut. Sehingga peziarah bisa sekalian menikmati suasana pantai. Apalagi kami datang hampir bersamaan dengan matahari terbit. Suasana pagi yang masih segar menjadi santapan.
Usai memanjatkan doa, sejumlah peziarah memilih bercengkrama di bibir pantai. Sembari menghisap rokok dan makan cemilan, mereka menikmati pagi dengan rileks. Hingga pada akhirnya panggilan panitia untuk kembali ke bus menjadi mengakhiri cerita mereka.
Sunan Drajat
Makam Sunan Drajat tidak terlalu jauh dengan Makam Maulana Malik Ishaq. Bus hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke lokasi. Akses jalannya juga begitu mudah.
Lokasi parkir bus dengan makam lumayan dekat. Peziarah tidak perlu menggunakan jasa ojek ataupun becak untuk menuju ke makam. Sambil berjalan kaki, peziarah memberi sejumlah uang kepada orang dhuafa dan kotak amal di sepanjang akses peziarah.
Berhubung kegiatan ziarah hampir selesai, sejumlah peziarah mulai berbelanja buah tangan untuk dibawa pulang ke Blitar. Mayoritas membeli ikan asing dan kerupuk mentah sebagai oleh-oleh.
Sunan Bonang
Perjalanan kami di Pantura belum selesai. Kini bus menuju Bumi Wali—julukan Kabupaten Tuban. Kami harus menghabiskan sekitar satu jam untuk sampai di sana. Pemandangan laut khas Pantura menjadi sajian selama perjalanan.
Sesampainya di Tuban, bus diarahkan ke lokasi parkir bagi peziarah Makam Sunan Bonang. Ternyata jarak antara makam dengan parkiran bus sangat jauh. Peziarah harus menaiki mikrolet untuk sampai ke lokasi dengan membayar Rp 20 ribu untuk pulang pergi.
Hampir seperempat jam waktu yang dihabiskan untuk sampai ke Makam Sunan Bonang. Lokasinya ternyata berada di sebelah barat Alun-alun Tuban. Tidak terlalu jauh juga dengan bibir pantai. Berhubung di Tuban, saya membeli es siwalan sebagai dahaga di tengah cuaca yang panas.
Sheikh Asmoroqondi
Setelah dua hari berkeliling Jatim dan Madura kini telah tiba di tujuan akhir, yakni Makam Sheikh Asmoroqondi. Lokasinya juga berada di bibir pantai. Turun dari bus kami langsung menuju makam dengan berjalan kaki.
Usai dari makam, peziarah langsung menyerbu pedagang untuk berburu oleh-oleh. Tidak hanya makanan mentah, masakan matang pun tidak luput dari perhatian. Bagi yang sudah selesai berbelanja kembali ke bus untuk persiapan pulang ke Blitar.
Sebelum pulang, tak lupa peziarah menunaikan solat Dhuhur dan Asar secara secara jamak. Maklum kami bepergian jauh, sehingga ada keringanan dalam menunaikan solat.
0 Komentar