Sebuah pesan di grup WhatsApp, 24 September 2023 sekitar jam setengah 9 malam masih menancap di pikiran. Kang Aziz, pegiat ekonomi itu telah tiada. Kejadian itu mengagetkan banyak orang.
Dalam sekejap, isi status WhatsApp dipenuhi ucapan belasungkawa kepergian pria yang pernah menjadi Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar ini.
Mengenang Kang Aziz
Perjumpaan saya dengan Kang Aziz memang tidak terlalu sering. Kemungkinan tidak lebih dari 20 kali. Baik itu obrolan di dalam dan luar forum.
Namanya mulai terdengar di telinga awal 2019, saat saya masih awal-awal masuk PMII. Itupun dikenalkan salah satu senior yang kebetulan berpapasan dengannya di Pendopo Islam Nusantara, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Seiring berjalannya waktu, nama tersebut semakin sering disebut dan muncul di laman status WhatsApp dan linimasa Instagram dan Facebook. Ya, karena ada kesamaan yang akhirnya membuat lingkaran pertemanan saya bertambah. Usai berteman di Facebook.
Hampir setiap hari saya melihat postingan Kang Aziz. Kesehariannya dalam menggerakkan ekonomi masyarakat, berkonsolidasi di partai bisa terpantau dari setiap postingan yang diunggah.
Dalam perjumpaan secara langsung yang tergolong jarang itu, tidak pernah saya temukan raut muka yang murung dari Kang Aziz. Senyuman dan candaan khasnya selalu membuat suasana menjadi cair. Sepertinya tidak ada kata tegang dan marah dalam kamus yang dimilikinya.
Padahal, saya yakin banyak sekali tantangan yang agaknya bagi kebanyakan orang bukan perkara mudah. Bahkan perlu ketekunan dan kesabaran untuk menghadapinya.
Bagi saya, Kang Aziz ialah sosok yang tidak pelit ilmu dan pengalaman. Dua hal itu selalu dibagikannya secara cuma-cuma.
Teringat saat Kang Aziz mengisi forum Pelatihan Kader Lanjut PC PMII Blitar pada Februari 2022 lalu. Pengalamannya sewaktu masih kecil, masa sekolah, kuliah, hingga saat bergelut di organisasi diceritakannya kepada puluhan kader PMII asal Jawa Timur.
Ada pula cerita bagaimana kedekatannya dengan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi.
Tak luput diceritakan bagaimana keinginannya menjadi seorang bupati, dan diberikan amanah memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Blitar.
Usai menjadi nahkoda partai berlambang kakbah, angan-angan untuk membesarkan partai itu tak lupa diceritakan. Mengingat pada Pemilu 2019, PPP hanya mendapatkan satu kursi DPRD Kabupaten Blitar.
Meskipun forum PKL yang diisi oleh Kang Aziz itu di luar harapan para kader. Sebab, harusnya forum itu diisi dengan dialektika terkait sosial ekonomi masyarakat--sesuai jadwal yang dibagikan panitia kegiatan.
Meskipun begitu, pengalaman yang dibagikan Kang Aziz juga memantik semangat para kader untuk terus bergerak. Usai alokasi waktu yang diberikan habis, para kader PMII pun kebingungan bagaimana caranya memenuhi tugas dari panitia untuk membuat resume materi. Karena hanya sedikit sekali materi PKL yang disampaikan, selebihnya hanya pengalaman selama mengarungi perjalanan hidup.
Pada periode PC IKAPMII Blitar periode Kang Aziz pula dapat dikatakan kader PMII Blitar mendapatkan durian runtuh. Dua bangunan permanen yang punya peran penting bisa berdiri kokoh. Ada Graha Pemuda dan Pendopo Islam Nusantara.
Berkat tempat itu, kader PMII Blitar tidak perlu lagi susah-susah mencari kontrakan untuk sekretariat organisasi, ataupun kesulitan mencari tempat untuk pelaksanaan kegiatan. Meskipun sesekali para kader ini harus berebut tempat para alumni yang juga biasa menggelar kegiatan di dua tempat tersebut.
Teruslah Bergerak
Di sela-sela kesibukannya mengurus keluarga dan umat, ada satu semboyan yang masih saya ingat hingga kini: teruslah bergerak. Dua kata itu bagi seorang yang masih bergulat dengan kerasnya hidup, terutama anak muda begitu bermakna.
Sebuah ajakan untuk senantiasa bergerak dalam setiap langkah. Ajakan agar tidak pernah berhenti untuk menebarkan manfaat bagi orang lain.
Bagi saya, sosok Kang Aziz bukan hanya seorang peduli terhadap dunia ekonomi dan politik. Tapi, dia juga peduli terhadap generasi yang akan meneruskan perjuangannya. Itu terlihat bagaimana motivasi yang sering diberikannya kepada para penerusnya, kader PMII terutama. Dan itulah, saya yakin yang diinginkan seorang pemuda terhadap para pendahulunya.
Saya beruntung pernah mendapatkan motivasi dari Kang Aziz secara langsung. Melalui percakapan di sebuah teras rumah di Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
Percakapan itu begitu hangat ditemani secangkir kopi. Momen itu terjadi sekitar akhir 2022. Selebihnya motivasi itu dia berikan saat bertemu di luar, dan saya lupa kapan saja momen itu terjadi.
Teringat pula peran Kang Aziz dalam membantu kegiatan kader-kader PMII di Blitar. Mulai dari hal paling sederhana saat kendaraan pick up yang dimilikinya selalu dipinjam para kader tatkala dibutuhkan untuk mengangkut barang untuk kegiatan di daerah yang lumayan jauh. Sampai muncul idiom di kalangan kader: kalau membutuhkan mobil pick up, silahkan pinjam ke Kang Aziz saja.
Kaya Ide dan Gagasan
Saya yakin semua orang bersepakat kalau pria yang lahir 2 Agustus 1973 ini punya kaya Ide dan gagasan. Baik dalam membangun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sampai cakupan yang lebih luas, membangun tataran pemerintahan.
Bahkan cita-cita ingin diwujudkan dengan menjadi pemimpin daerah. Publik tentu mengetahui saat 2020 kemarin, di mana foto Kang Aziz terpasang hampir di seantero wilayah Kabupaten Blitar.
Terkadang saya berpikir Kang Aziz adalah orang yang berada satu langkah lebih maju dibandingkan orang-orang seangkatannya. Namun yang namanya realisasi ide dan gagasan itu bukanlah pekerjaan mudah, karena membutuhkan peran orang lain.
Pada titik inilah Kang Aziz perlu mengendur untuk memahami zaman dan sekelilingnya. Cita-citanya yang begitu luhur kiranya perlu diukur kembali.
Semoga cita-cita Kang Aziz bisa diteruskan oleh generasi penerusnya. Syukur bisa melampaui pencapaiannya.
Rest in pride, Kang!
0 Komentar