Bayangkan dalam sebuah meja berukuran 2×2 meter ada dua gelas minuman. Ada minuman teh hangat dan segelas kecil wine.
Apabila kamu seorang alkoholik pasti segelas wine akan digenggam untuk diminum. Begitupun sebaliknya, apabila kamu bukan seorang alkoholik, maka segelas teh hangat yang akan dipilih.
Tapi, kalau kamu seorang yang sedang pusing dan banyak masalah dalam menjalani roda kehidupan, wine biasanya akan menjadi pilihan. Orang-orang biasa menjadikan alkohol sebagai teman bercerita.
Mengenyampingkan norma-norma yang berlaku, alkohol tak ubahnya seperti minuman pada umumnya. Yang membedakan, ada efek memabukkan apabila diminum dalam kadar tertentu.
Teman Cerita
Dalam sebuah obrolan, suguhan wine dan minuman beralkohol bisa jadi membuat obrolan semakin seru. Bahkan tidak jarang membuat orang di luar kendali karena efek alkohol yang berlebih.
Dengan keadaan yang diluar kesadaran, cerita-cerita yang tak biasa diceritakan dalam keadaan sadar kemungkinan besar bakal dikeluarkan. Aib sekalipun bisa diceritakan kepada lawan bicara.
Jangan heran apabila ada orang yang muak atau ada masalah dengan orang lain. Salah satu jalan pintas yang diambil untuk menyikapinya dengan menenggak alkohol.
Ini bukan perkara benar dan salah. Tapi ini perkara perspektif. Dari mana kamu berdiri, di situ sudut pandangmu diambil.
Orang Mabuk= Bebas
Orang yang sudah terkena pengaruh berat alkohol tidak dikenai ketetapan hukum yang berlaku. Wajar saja mereka kondisinya tidak sadar.
Jangankan mengurusi orang lain, mengurus dirinya sendiri saja tidak bisa. Berjalan dengan tegak saja, mereka kelimpungan.
Maka tidak salah kalau ada orang yang menyarankan, apabila ada teman yang kondisinya mabuk harus ada teman yang kondisinya sadar.
Saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya muntah atau tidak sadar dalam tataran akut ada orang lain yang menolong. Orang dalam keadaan mabuk sangat riskan melakukan sesuatu di luar batas.
Jeda Kehidupan
Saya meyakini dalam perjalanan hidup yang begitu kompleks, ada kalanya seseorang berada di titik nadir bawah. Begitupun sebaliknya, ada orang yang merasa sudah pada established, sehingga sudah merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Dan alkohol, bagi dua orang yang berada dalam keadaan tersebut, bisa menjadi semacam jeda keadaan saat berada di titik bawah ataupun mapan. Jelas saja, pikiran mereka bisa melayang-layang akibat efek dari alkohol.
Orang yang berada di titik bawah, menenggak alkohol digunakan sebagai cara untuk menjeda keadaan yang sedang dialami. Dia semacam ingin merasakan kenikmatan, meskipun hanya sebentar.
Bisa saja keinginan menjeda itu bisa berakibat berujung maut, saat menenggak berlebihan. Pendek kata overdosis yang berujung kematian.
Sementara orang sudah mapan, terkadang merasa bosan, apalagi yang akan diperbuat. Seloki yang berisi alkohol menjadi jeda bagaimana dia ingin merasakan sisi dunia yang lain. Hidup dengan pikiran yang tidak sadar.
Sama halnya dengan keadaan di titik bawah, saat keadaan mapan pun bisa jadi berujung maut. Niat ingin menikmati hidup malah mengakhiri hidup gara-gara melewati batas takaran.
Namun, sayangnya, ternyata, jeda itu hanya sementara. Dunia berjalan kembali dengan normal. Dunia yang berada dalam keadaan melayang-layang hanya sementara. Yang kaya tetap kaya, miskin tetap miskin, yang malas akan tertinggal, yang rajin akan selangkah lebih di depan.
0 Komentar