Menepi Sejenak

Menepi Sejenak
Dalam pertandingan sepakbola ada waktu jeda selama 15 menit. Momen itu terjadi di antara babak pertama dan babak kedua. Dalam waktu yang singkat itu bisa mengubah alur pertandingan pada 45 menit paruh kedua.

Ruang ganti pemain bakal disulap menjadi tempat pengadilan bagi para pemain yang bertanding. Seraya menjulurkan kaki, para punggawa yang bermain buruk bisa dievaluasi sambil dicaci habis-habisan oleh pelatih.

Selama 15 menit itu pula, ruang ganti pemain juga bisa menjadi panggung bagi motivator. Layaknya motivator ulung, pelatih bakal memompa semangat para pemainnya agar lebih trengginas lagi di lapangan.

Jangan kaget apabila alur pertandingan bisa berubah dalam 45 menit babak kedua. Bagi yang suka sepakbola mungkin masih ingat Final Liga Champions Eropa tahun 2005 antara Liverpool melawan AC Milan. 

Pada babak pertama, Jersey Dudek, kiper Liverpool harus memungut bola di gawangnya sebanyak tiga kali. Alhasil Pelatih Liverpool, Rafael Benitez mengubah strategi bermain pada babak kedua. Siapa sangka, pada babak kedua Liverpool berhasil menyamakan skor menjadi 3-3. 

Pertandingan itupun harus berlanjut pada 2x15 menit, dan berlanjut pada adu penalti. Liverpool akhirnya berhasil keluar sebagai kampiun setelah memenangi tendangan adu penalti.

Agaknya, gambaran tentang jeda dalam pertandingan sepakbola bisa dijadikan patokan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Upaya dalam menyambangi mimpi-mimpi itu perlu dijeda sejenak. Ada keterbatasan yang dimiliki.

Keterbatasan waktu, tenaga, pikiran atau bahkan materi adalah sesuatu yang tidak bisa terhindarkan. Menjeda bukan berarti berhenti untuk tidak melanjutkan kembali perjalanan. Justru, karena jeda itulah energi bisa pulih agar perjalanan mencapai mimpi yang ingin disambangi bisa tergapai.

Menjeda adalah proses merenung untuk introspeksi diri, benar atau tidak cara yang selama ini dilakukan untuk mencapai tujuan. Bisa jadi cara yang digunakan selama ini salah kaprah, sehingga apabila tetap dilakukan bisa membahayakan.

Saya yakin setiap individu punya cara masing-masing dalam menjeda perjalanannya. Ada yang cukup nongkrong di kedai kopi sambil menyeruput segelas americano dan menghisap rokok, atau sebatas menikmati sunset di pantai.

Ada pula yang menenggak satu botol bir di bar, sembari menyanyikan lagu-lagu asal Barat. Ataupun mendatangi konser Sheila on 7 sambil menyalakan kamera ponselnya sambil besuara lantang. Ada juga yang mendatangi majelis taklim di tempat terdekat untuk memupuk kekuatan rohani.

Dari proses menjeda, terkadang ide itu akan muncul. Renungan yang dalam bisa menghasilkan keputusan yang tepat. Begitu juga dengan pikiran yang bakal lebih segar kembali.

Waktu jeda memang harus singkat, tapi harus dihitung secara matang. Sebab, semakin lama menjeda tanpa perhitungan yang matang, sama saja dengan membiarkan ayam peliharaan yang memakan gabah yang sedang dijemur di halaman rumah.

Meskipun itu ayam milik sendiri, tetapi kalau dibiarkan lama-kelamaan, nyawa sang pemilik bisa menjadi taruhannya gara-gara tidak bisa makan.

Menepilah sejenak. Karena semuanya perlu jeda.

Posting Komentar

0 Komentar