Berkelana ke Ujung Seberang

Siang itu diselimuti mendung petang. Akhir pekan yang terkadang digunakan untuk liburan, hari itu terpaksa diurungkan terlebih dahulu. Tugas sebagai pucuk pimpinan harus dilaksanakan demi kepentingan bersama.

Berangkat bersama enam kawan yang lain, menyusuri lengangnya kota. Belum sempat keluar kota kelahiran, hujan deras tiba-tiba mengguyur, syukurnya kami menggunakan kendaraan roda empat, sehingga air tidak sampai membasahi tubuh.

Untuk mengemban tugas mulia ini, pantauan google maps tidak lepas dari perhatian mata. Maklum kami baru pertama kali menuju ke sana. Tempat yang dituju adalah sebuah basecamp organisasi di Jawa Timur sebelah barat, lebih tepatnya Kabupaten Madiun.

Menuju daerah tersebut kami dituntut melewati jalan raya yang tergolong ramai. Meskipun sesekali guyuran hujan sedikit mengurangi laju kendaraan. Pemandangan khas Jalan Raya mengiringi perjalanan yang mengasyikkan.

Selama perjalanan, candaan ala teman akrab senantiasa menemani safari kami. Terkadang celetukan-celetukan khas orang dewasa juga terlontar. Bahkan kami menanggapinya dengan gelagap tawa yang terbahak-bahak. Hal terjelek sekali pun tidak luput dari pembicaraan. 

Destinasi tujuan berhasil dicapai sehabis waktu magrib. Perjalanan yang ditempuh selama hampir 7 jam, akhirnya berhasil dicapai. Untungnya kami disambut dengan hangat oleh tuan rumah. Selayaknya tamu pada umumnya, suguhan kopi, teh, dan gorengan, disodorkan oleh sang tuan rumah.

Di tempat itu, saya menikmati malam hari yang rada panas, tidak seperti di kampung halaman. Suasana gerah malah tidak menjadi penghambat obrolan berjalan menarik, cerita tentang keadaan kampus dan organisasi menjadi sajian kala itu. Namun sayang, karena tidak betah dengan keadaan gerah, saya putuskan untuk keluar ruangan untuk sekadar mencari angin malam.

Dirasa sudah cukup, kembalilah ke ruangan dengan sedikit kantuk yang mendera. Kopi dan rokok tidak cukup untuk mengatasi kantuk itu. Akhirnya mumpung kawan yang lain tidur, saya putuskan untuk memejamkan mata sembari menikmati dingin malam yang mulai mendera.

Keesokan harinya, sinar mentari menyambut pagi hari. Berhubung ada agenda selanjutnya menanti, saya bergegas mengambil peralatan mandi untuk membersihkan badan. Jarang-jarang mandi di luar rumah membuat pagi itu sedikit hambar. Baju ganti saya pakai kemudian bergegas membereskan barang bawaan.

Setelah semua beres, mobil dinyalakan lalu meluncur ke kota angin, Nganjuk. Safari di Kabupaten Nganjuk juga pertama kali bagi saya. Sesampainya di sana kami juga disambut dengan hangat oleh kawan-kawan. Meskipun ngobrolnya bukan di basecamp, tepatnya di Cafe, suasana tetap bisa cair.

Setelah dirasa puas ngobrol, perjalanan dilanjutkan ke kota santri, Jombang. Setelah sampai di sana suguhan kopi di basecamp tidak luput. Malahan obrolan semakin cair dengan guyonan yang membuat semua terbahak-bahak. Meskipun sedikit mengandung aura ghibah.

Cerita yang tersaji pada siang setelah matahari lengser itu menyajikan sebuah hal yang menarik. Bahwa bepergian keluar daerah alangkah baiknya meminta izin kepada atasan. Selain itu jangan sampai sesampainya di tempat tujuan kita merepotkan tuan rumah. Pasalnya cerita tersebut benar-benar nyata, dan menjadi pembelajar berharga bagi saya dan teman-teman.

Tenggat waktu membuat obrolan kami kalau itu tidak berlangsung lama. Kami harus pergi ke kampung halaman untuk agenda selanjutnya yang sudah menanti. Menjelang petang kami melakukan perjalanan menuju ke rumah. Tetap seperti biasa, diselingi guyon-guyon ala anak muda.

Safari itu mengajarkan pentingnya solidaritas bagi sesama. Selain itu juga pentingnya mengunjungi daerah luar yang belum pernah kita temui. Muda cuma sekali.




Posting Komentar

0 Komentar