Mengapa On Tour Surakarta?

Mengapa On Tour Surakarta?
Di sini saya tidak akan memperdebatkan penyebutan wilayah, yang benar antara Surakarta atau Solo. Itu bisa dicari pada banyak referensi di internet.

Akan tetapi, bagi saya, ada sisi menarik yang perlu dibahas, yakni terkait alasan kader dan anggota PMII seluruh Indonesia berangkat ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Sekilas tentang Acara Harlah ke-63 PMII 
Mengapa On Tour Surakarta?
Sebelumnya, ada tiga tokoh yang fotonya terpampang dengan jelas di postingan Instagram PB PMII, sekitar 3 minggu lalu: Ketua Umum PB PMII Abdullah Syukri, Ketua Mabinas PB PMII Muhaimin Iskandar, dan Presiden Jokowi.

Selain itu juga ada panggung hiburan yang diramaikan Denny Caknan dan Balasyik. Keduanya menjadi penghibur di sela-sela sambutan tokoh-tokoh nasional.

Terkhusus, kehadiran Muhaimin Iskandar dan Jokowi menimbulkan beragam tafsir dari anggota dan kader PMII. Timbul pertanyaan, apa maksud PB PMII mengundang kedua tokoh tersebut? Lalu, mengapa Ketua IKA PMII tidak ikut memberikan sambutan?

Pertanyaan itu, sebenarnya sudah terjawab dengan jelas lewat postingan di Instagram PB PMII, sekitar 2 minggu lalu.

Pertama, Orasi Pergerakan Abdullah Syukri. Tidak ada yang aneh terkait apa yang dilakukan oleh pria jebolan Universitas Brawijaya ini. 

Dia sebagai tuan rumah dan pucuk pimpinan organisasi punya kekuasaan dalam menyampaikan orasi yang patut didengarkan oleh seluruh anggota dan kader PMII se-Indonesia.

Apalagi, orasi itu disampaikan dalam momen langka setahun sekali di hadapan sekitar 23 ribu pasang mata. Siapa yang tidak punya keinginan untuk mendengarkannya secara langsung?

Kedua, Amanat Majelis Pembina oleh Muhaimin Iskandar. Sebagai ketua pembina, Cak Imin berhak menyampaikan pesan, saran atau amanatnya kepada adik-adiknya--kader dan anggota PMII.

Tentunya Cak Imin juga pernah merasakan apa yang dialami oleh adik-adiknya tersebut dalam menjalankan roda organisasi. 

Namun, dalam kesempatan peringatan Harlah, Cak Imin hanya mengucapkan amanatnya melalui video ucapan. Dia sedang menjalankan ibadah haji di Arab Saudi.

Tentu bakal lain ceritanya saat alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini menyampaikannya secara langsung kepada anggota dan kader PMII.

Ketiga, Arahan Presiden Jokowi. Entah ada alasan apa, mantan Wali Kota Surakarta ini tidak bisa menghadiri kegiatan Harlah ke-63 PMII di wilayah yang pernah dipimpinnya.

Padahal, kehadirannya sebagai orang satu di negeri ini sangat dinantikan. Arahannya sudah ditunggu oleh lautan manusia yang hadir di Benteng Vastenburg, Kota Surakarta, 23 Juni 2023.

Ketidakhadiran Jokowi, sedikit terobati dengan kedatangan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto di arena kegiatan harlah. Meskipun yang disampaikan Prabowo, bagi saya, tidak ada yang spesial.

Abe--sapaan Abdullah Syukri bahkan memberikan kado spesial kepada Prabowo berupa karya tulisan dari kader-kader PMII se-Indonesia tentang Ibu Kota Negara (IKN).

Tidak hanya itu, video berisi riwayat hidup dan karir mantan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) juga ditampilkan. Seolah-olah itu mengandung pesan tersirat, dan lagi-lagi membuat beragam tafsir.

Ambyar Bareng
Mengapa On Tour Surakarta?
Dari status WhatsApp dan akun Instagram yang saya ikuti, mayoritas lebih memilih mengunggah flayer bergambar Denny Caknan dibandingkan foto Abe, Muhaimin dan Jokowi.

Dari sini dapat dibaca, apabila faktor Denny Caknan memiliki pengaruh dalam menarik minat anggota dan kader PMII untuk menghadiri puncak acara harlah.

Iya, itu tergambar dengan jelas saat pemilik tembang Kartonyono Medot Janji melantunkan satu persatu lagu miliknya. Seisi Benteng Vastenburg mendasar menjadi riuh.

Menjadi rahasia umum, pria kelahiran Ngawi itu punya pengaruh kuat. Namun, saat postingan ambyar bareng dianggap lebih menarik dibandingkan persoalan banjir di IKN ataupun rencana ekspor pasir laut tentu adalah kecelakaan. 

Ini membuktikan ada degradasi gerakan dari PMII.

Padahal, baik IKN dan ekspor pasir laut merupakan hajat hidup orang banyak, termasuk penggemar Denny Caknan. Bahkan efeknya bisa dirasakan hingga bertahun-tahun ke depan.

Oleh karena itu, lagu-lagu ambyar, seperti milik Denny Caknan seyogyanya jangan diputar dalam acara PMII, apalagi bersifat publik. Kalau acara bersifat pribadi dan private, ya monggo.

Konsolidasi
Mengapa On Tour Surakarta?
Mayoritas kader PMII, terkhusus di wilayah Jawa, kemarin hadir di Surakarta. Kesempatan langka itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh kader PMII dari berbagai daerah untuk berkonsolidasi.

Bahasan-bahasan terkait gerakan advokasi, dan kaderisasi tentu menjadi sajian menarik untuk disantap. 

Ini, bagi saya lebih menarik daripada mengundang Denny Caknan, memberikan doorprize, ataupun membuat buku soal IKN, yang terkesan dipaksakan.

Perlu ditegaskan berkali-kali, bahwa PMII bukan event organizer, yang keberhasilannya hanya dibuktikan dengan kemewahan sebuah acara. 

Akan tetapi, tolak ukur keberhasilan adalah soal asas kemanfaatan, terutama bagi orang-orang lemah yang membutuhkan uluran tangan.

Mencari yang Bebas Biaya
Mengapa On Tour Surakarta?
Keberangkatan puluhan ribu anggota dan kader PMII ke Surakarta tidak bisa terlepas dari dukungan sejumlah pihak. 

Tidak usah disebutkan siapa saja, namun yang jelas, ini bisa menekan bahkan menggratiskan keberangkatan ke acara puncak harlah.

Bagi saya, hal tersebut menjadi kelebihan dan kekurangan. 

Kelebihannya, anggaran yang dimiliki PMII bisa digunakan untuk membuat gerakan-gerakan yang lain. Entah itu gerakan advokasi atau kaderisasi. Karena keduanya, juga memerlukan anggaran.

Kekurangannya, semangat perjuangan menjadi memudar. Mental gratisan juga memupuk kebiasaan 'saya melakukan apa mendapatkan apa'. Ini budaya buruk yang patut dicegah oleh para pengurus PMII.

Tentang On Tour dan Kulonuwun 
Mengapa On Tour Surakarta?
Saya lebih memilih menggunakan kata 'On Tour' atau Kulonuwun dibandingkan otw Surakarta, ataupun berangkat ke Surakarta.

Saya mengadopsi 'On Tour' dari cara fans sepakbola di Indonesia maupun luar negeri untuk pergi ke kandang lawan ataupun saat ke luar kota.

Cara mereka saat pergi ke luar daerah patut diapresiasi, setidaknya tentang pengorbanan, dan loyalitas terhadap klub sepakbola yang didukung.

Bayangkan, berapa banyak uang yang dikeluarkan B6 Surakartans, Brigata Curva Sud, Bonek, dan Freedom Gate (contoh fans bola lokal) untuk ke luar kota saat mereka harus menanggung tranportasi, makan, tiket, dan penginapan?

Namun, kenyataannya mereka secara sukarela menyisihkan demi klub sepakbola yang dicintai.

Tidak jarang, hanya untuk berangkat ke luar daerah, para fans sepakbola ini rela menjual barang-barang berharga agar bisa ikut dengan teman-temannya.

Yang didapatkan? Mereka tidak mendapatkan apapun selain pertandingan sepakbola selama 90 menit, serta bisingnya stadion. Mereka tidak diberi nasi kotak, ataupun air mineral secara gratis.

Loyalitas mereka tidak dapat diukur dengan hitungan angka, seberapa jelek permainan tim kesayangannya, fans sepakbola ini tetap mendukung dengan loyal. 

Bahkan, sebagian suporter rela menjual merchandise lalu sebagian uangnya diberikan kepada klub. Sekali lagi ini tentang pengorbanan dan loyalitas.

Cinta dan Dedikasi
Mengapa On Tour Surakarta?
Maka, setidaknya semangat dari fans sepakbola, tentang bagaimana perjuangan mereka 'On Tour' ke luar daerah perlu ditiru oleh anggota dan kader PMII.

Bagi saya, seorang kader dan anggota PMII harus selalu memupuk jiwa kecintaan dan dedikasi terhadap PMII. Itu bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana.

Tidak terpaku pada budaya menyodorkan proposal atau dalam arti meminta gratisan adalah salah satu contohnya.

Selain itu, budaya-budaya iuran untuk organisasi perlu ditekankan, karena dari sini kesadaran terhadap PMII itu terus dipupuk agar bisa muncul.

Hemat saya, paradigma anti kemapanan bisa dijadikan pegangan hidup anggota dan kader PMII kalau mau berkembang. Karena kemapanan adalah musuh abadi seorang petarung.

Dan yang terpenting, jangan terpaku pada senior. Masih banyak wadah-wadah lain yang lebih menarik dan dijadikan tempat untuk mengembangkan diri.

Kalau masih merasa nyaman atau mapan di halaman rumah sendiri, lebih baik keluarlah dari kandang. Coba hirup udara di luar sana, siapa tahu ada semerbak bunga yang lebih harum dibandingkan di halaman rumah sendiri. 

Posting Komentar

0 Komentar