Memaknai Kelulusan dari Bangku Kuliah

17 Desember 2022 adalah momen wisuda kampus Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar. 4 tahun lebih saya menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang berdiri sejak 2003 itu.

Waktu yang terasa pendek untuk sebuah ukuran menuntut ilmu. Namun tak terasa sudah banyak pula pembelajaran yang bisa didapatkan.

Ada satu kejadian yang membuat saya sampai saat ini kadang masih tertawa kecil ketika membayangkannya, yakni ketika prosesi wisuda.

Saya sengaja membuat sebuah kenang-kenangan untuk diri saya pribadi, yang nantinya bisa dikenang sepanjang masa. Maklum saya kuliah di kampus tersebut hanya satu kali seumur hidup.

Momen yang saya maksud adalah ketika saya meminta Rektor Unisba Blitar memotong rambut saya. Sesuatu yang sudah saya rencanakan sebelumnya.

Sebelum proses wisuda saya menghadap Rektor untuk membicarakan keinginan saya tersebut. Alhamdulillah, beliau berkenan untuk memotong rambut saya ketika wisuda.

Kebetulan waktu itu rambut saya keadaannya gimbal. Miriplah seperti Bob Marley. Hehehe. Bedanya rambut gimbal milik saya tidak panjang, maklum soalnya rambutnya bukan sambungan.

Saat hari H pelaksanaan wisuda, ada rasa khawatir apabila nantinya pak rektor lupa terkait pertemuan beberapa waktu lalu, yakni permintaan untuk memotong rambut saya.

Kebetulan Fakultas Pertanian, tempat saya studi, berada di urutan kedua dalam prosesi wisuda, setelah Fakultas Teknik. Nomor urut saya di Fakultas Pertanian juga urutan pertama, sehingga mudah sekali untuk menghafalkan.

Akhirnya giliran Fakultas Pertanian untuk diwisuda telah tiba. Saya sudah berbekal gunting yang saya genggam di tangan, yang nantinya bakal diserahkan kepada pak rektor.

Nama saya akhirnya dipanggil, bergegaslah saya ke panggung untuk menuju kursi yang menjadi singgasana orang nomor satu di Unisba Blitar.

Sebelum kuncir toga dipindahkan dari kiri ke kanan, saya julurkan terlebih dahulu sebuah gunting dari tangan saya. Langsung saja pak rektor menerima gunting tersebut.

Saya langsung menghadap belakang dan meminta pak rektor untuk memotong rambut bagian belakang sebanyak dua helai. Tidak butuh waktu lama untuk memotongnya, maklum sebelumnya sudah ada pembicaraan yang sudah dilakukan.

Pada potongan helai pertama, seisi Hall Kampung Coklat terdiam, mungkin masih bingung apa yang saya lakukan. Tapi usai helai kedua digunting pak rektor, tepuk tangan riuh di dalam ruangan tersebut.

Memang tidak semua kawan saya beritahu tentang rencana tersebut. Bagi yang tahu tentu tidak kaget terhadap apa yang saya lakukan. Bagi yang tidak tahu bingung terhadap aksi nyeleneh itu.

Kemudian, setelah mengguntingkan rambut selesai. Kuncir baru dipindahkan dari kiri ke kanan. Saya tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pak rektor yang sudah bersedia menuruti keinginan saya.

Beliau juga mengacungkan dua jempol ketika saya akan bergegas bergeser kepada dekan saya untuk mendapatkan cinderamata yang diberikan untuk wisudawan.

Begitulah cara saya memaknai sebuah perpisahan dengan sebuah kampus yang selama ini menjadi tempat saya menempuh bangku kuliah. Silahkan Anda nilai sendiri. atau mungkin ada cara lain yang lebih unik atau lebih bermakna.

Oh iya, terkait alasan mengapa saya memotong rambut tersebut dalam keadaan gimbal. Alangkah baiknya silakan baca artikel berikut: Wisuda Unisba Blitar  Diwarnai Aksi Rektor Potong Rambut Mahasiswa - https://jatim.times.co.id/news/berita/4uwwf70vgk/Wisuda-Unisba-Blitar-Diwarnai-Aksi-Rektor-Potong-Rambut-Mahasiswa







Posting Komentar

0 Komentar