Senja di Kala itu..

Senja yang biasanya menampakkan merah meronanya, sore itu tidak nampak. Awan kelabu datang dengan kesunyian seiring datangnya petang yang akhirnya menutup.

Terjadi kisah pelik yang melibatkan dua hati yang mencoba bersatu. Dahulu, mereka bertemu tanpa kesengajaan, lalu menjalin hubungan kasih dengan begitu pula.

Sore itu terjadi sebuah perbincangan yang hangat antara keduanya. Berkirim pesan lewat media sosial seperti remaja pada umumnya. Pesan bernada canda tawa menjadi ciri khas yang melekat.

Terkadang saling menyindir pun juga menjadi lumrah. Yang terpenting mereka berdua selalu memahami bahwa itu hanya candaan. Tujuannya untuk mempererat dan mewarnai sebuah hubungan.

Hari-hari terasa aneh saat keduanya tidak bertemu. Maklum, ketika mereka bertemu suasana menjadi cair. Selain itu keduanya terlihat berbeda dibandingkan dengan pasangan yang lain.

Tapi entah kenapa, sore itu candaan yang mereka pertontonkan kurang tepat. Entah karena situasinya atau memang sudah keblabasan.

Sang hawa merasa sakit hati akibat kelakuan si kaum Adam. Si Adam bingung harus berbuat bagaimana. Apalagi ketika saluran untuk berkomunikasi ditutup. Tidak ada kata lain selain berharap, berharap, semoga engkau baik-baik saja.

Sebab rasa kekhawatiran sudah tidak terbendung lagi, si Adam mencoba jalan lain untuk dapat berkomunikasi kembali seperti sedia kala.

Ia meminta salah satu temannya untuk menjadi perantara. Berharap agar akses komunikasi yang ditutup dapat dibuka kembali.

Akhirnya setelah menunggu, harapan itu tiba. Tepat disaat si Adam sampai rumah.

Rasa bersalah tidak dapat terbendung lagi, menyadari akan kesalahan yang terjadi.

Tapi yakinlah hidup itu soal belajar, bukan tentang siapa yang merasa salah atau disalahkan.









Posting Komentar

0 Komentar