Simplifikasi Traveling

Akhir pekan merupakan waktu yang dinanti-nanti. Setelah lima hari melewati hari-hari yang penuh dengan kegiatan. Sudah menjadi rahasia umum anak sekolah hingga pegawai kantoran menantikan momen akhir pekan. Saat akhir pekan tiba, kegiatan liburan biasanya menjadi pilihan utama.

Berbagai tempat biasanya digunakan sebagai destinasi kunjungan untuk berakhir pekan. Tak jarang tempat-tempat wisata selalu penuh dengan wisatawan ketika akhir pekan tiba.

Tempat-tempat seperti dunia fantasi hingga pantai tak luput diingatan untuk dikunjungi. Prioritas tempat kunjungan setiap orang berbeda-beda. Mulai dari sekadar melihat pemandangan sampai yang menyangkut adrenalin.

Namun, keadaan wabah COVID-19 mengharuskan tempat wisata untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Sebelum pandemi datang, tempat wisata dipadati wisatawan. Namun ketika pandemi datang, jumlah wisatawan berangsur turun. 

Hal seperti itu kemarin saya rasakan secara langsung. Saya bersama kerabat mengunjungi sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat camping. Sebagai pelepas penat sehabis melaksanakan ujian di bangku kuliah, teman-teman di organisasi yang saya ikuti mengadakan acara camp ceria.

Meskipun hanya diikuti sebagian anggota, animo yang diberikan luar biasa. Hal itu terlihat dari semangat mereka sebelum keberangkatan. Jadwal padat yang biasanya menunggu rela dilonggarkan. Demi melakukan satu kegiatan : camping.

Tempat yang digunakan sebagai lokasi camping berada di daerah Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Nama tempatnya adalah Puncak Sekawan. Terdengar asing bagi orang yang jarang camping. 



Ketinggiannya berada pada 700-an mdpl. Akses menuju lokasi lumayan sulit. Sebab, harus melewati jalan yang menanjak dan berlubang.

Ketika melakukan perjalanan naik menuju bukit, harus ekstra berhati-hati. Konsentrasi menurun sedikit saja dapat berakibat fatal. Bersebelahan dengan jalan terdapat jurang yang curam.

Untuk mengurangi beban barang bawaan. Perbekalan yang kami bawa hanya seperlunya. Mengingat kami hanya menginap selama semalam. Mulai Minggu sore sampai Senin pagi.(9/8)

Perjalanan kami awali jam empat sore. Waktu yang kami anggap ideal untuk melakukan perjalanan. Titik kumpul yang disepakati oleh teman-teman adalah SPBU Soso, yang terletak di Kecamatan Gandusari. Lokasinya masih berjarak tujuh kilo meter dari lokasi.

Tempat itu dipilih karena lokasinya yang strategis. Selain itu lokasinya lumayan luas sebagai titik kumpul.

Setelah rombongan sudah berkumpul, kami bergegas untuk berangkat menuju lokasi yang digunakan sebagai tempat camping.

Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, jalan yang harus dilewati cukup terjal dan membahayakan. Teman yang saya bonceng terpaksa turun untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan. Memang tidak semua jalan menuju lokasi sulit untuk dilewati. 

Perjalanan menuju Puncak Sekawan kami selingi dengan canda dan tawa. Hal ini sengaja kami lakukan untuk merelaksasi pikiran agar tidak tegang. 

Setelah sekitar 20 menit perjalanan, lokasi yang dituju telah tercapai. Sepeda motor diparkir. Barang-barang yang ada di sepeda motor diturunkan. Sambil menunggu kerabat yang belum sampai, kami mengendurkan otot dan saraf sebagai relaksasi tubuh.

Sebelum mendirikan tenda kami harus berjalan melalui jalan setapak sejauh 50 meter. Barang bawaan berat terpaksa dipikul bersama mengurangi beban. 

Matahari tenggelam petang menjemput. Sesegera mungkin tenda harus segera didirikan. Mengingat petang sudah menunggu. Kerjasama tim sangat dibutuhkan, untuk mendirikan tendanya. Sekitar 10 menit tenda-tenda berhasil didirikan.

Kegiatan kami selanjutnya telah menyiapkan kayu untuk api unggun ketika malam datang. Untungnya Kami membawa kayu sendiri dari rumah, sebab jarang ditemukan kayu di Puncak Sekawan. 

Saat malam telah tiba api dinyalakan. Selain sebagai penghangat tubuh juga sebagai penerang alami. 

Karena merasa sudah lapar perbekalan dari rumah satu persatu dibuka. Ditemani secangkir kopi, makanan jenis cumi-ciki dilahap begitu saja.

Malam itu obrolan mengalir dengan santai. Tawa terbahak-bahak tak dapat dilepaskan. Terkadang juga sindiran yang bernada guyonan juga terlontar.

Persoalan yang sering dihadapi ketika berada jauh dari pemukiman adalah ketersediaan air air bersih. Namun hal tersebut dapat diatasi.

Tak jauh dari lokasi camping, terdapat sumber mata air yang telah diberdayakan oleh pengelola. Jadi ketika kami membuang air kecil maupun wudhu dapat menuju tempat tersebut. 

Beberapa kerabat mempunyai nyali yang ciut. Maka dari itu ketika menuju sumber mata air harus mencari pendamping.

Tak terasa obrolan yang kami lakukan sudah mencapai tengah malam. Indra penglihat sudah tidak dapat dikendalikan. Satu persatu dari rombongan sudah mulai tidur.

Malam itu saya tutup dengan masuk di dalam sleeping bag dengan memejamkan mata.

Hemat saya : terima kasih malam yang indah.


Posting Komentar

0 Komentar