PMII yang Memilih untuk Tidak Sekadar Bertahan

PMII berdiri dalam situasi perang politik pada masa Orde Lama. PMII memang lebih muda dibandingkan HMI, GMNI, CGMI, GEMSOS, SEMMI, dan KMI. PMII menjadi organisasi yang berkembang cukup cepat di tahun-tahun awal berdirinya. 

Keberadaan NU, sebagai partai politik nomor tiga terbesar hasil Pemilu 1955, berkontribusi bagi inisiasi dan pembentukan PMII di banyak cabang.

Dalam waktu enam tahun, PMII di bawah kepemimpinan Zamroni, tampil menjadi pemimpin di antara organisasi sejenis untuk melakukan protes sosial. Setelahnya, Orde Baru melakukan cengkraman. Kecuali organisasi 'hijau-hitam' yang diistimewakan oleh rezim.

Efek dari berakhirnya ideologi dan tumbangnya rezim-rezim otoritarian di akhir 80-an dan awal 90-an memberi semangat cukup besar bagi penggiat sosial dan akademik di Indonesia.

Pada saat hampir bersamaan, diskursus ideologi liberalisme menggeliat di negara-negara selatan. Kemauan PMII membuka diri dengan gagasan-gagasan progresif berimbas pada terjadinya radikalisasi kader dalam skala sangat besar.

PMII nyatanya tidak hanya sekedar eksis tetapi juga punya peranan besar dalam kiprahnya menolak ketidakadilan sosial, melawan otoritarianisme, dan menuntut akuntabilitas praktek politik demokratis.


sumber: Dwi Winarno's Blog. 16 April 2012. Harlah PMII Ke-53: Upaya Mencapai Kebaikan Kolektif. Diakses pada 22 Juli 2022, dari https://larasbumi.wordpress.com/2013/04/16/harlah-pmii-ke-53-upaya-mencapai-kebaikan-kolektif/

Posting Komentar

0 Komentar