Kala PMII Hampir Mati saat Masih Belum Berdiri Tegap

Perjalanan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tidak terlepas dari situasi politik di tanah air. Pasang surut politik di Indonesia membawa PMII hingga saat ini.

Dulunya, PMII hampir mati pada saat tahun 1960-an. Tentunya, masa itu terjadi perubahan besar di tanah air. Perpindahan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru.

Mengutip tulisan dari Dwi Winarno (2013) dalam blognya, saat itu Presiden Soekarno hendak membubarkan HMI karena dianggap bagian dari Masyumi yang terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta.

Waktu itu, Mahbub Djunaidi ngeyel meminta kepada Soekarno di Istana Bogor agar HMI tidak dibubarkan. Padahal, ketika itu HMI adalah organisasi yang kerap berselisih dengan PMII.

Perselisihan HMI dan PMII terjadi dalam berbagai diskursus kenegaraan maupun rekrutmen kader dan jabatan struktural di berbagai kampus.

Dalam berbagai literatur hanya disampaikan alasan normatif dan moralis terhadap pembelaan PMII terhadap HMI. Terutama karena kesamaan sebagai sama-sama organisasi mahasiswa Islam.

Menurut Dwi Winarno, dalam sebuah forum diskusi dari alumni-alumni tua yang dihadiri oleh penulis di Jakarta waktu itu (2013), Chalid Mawardi, salah seorang pendiri PMII menyampaikan alasan lain yang dianggap sebagai langkah cerdik-terukur.

Menurut Chalid Mawardi, pembelaan PMII adalah strategi supaya HMI tetap menjadi 'sasaran pukul' CGMI dan organisasi pemuda lainnya yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kalau HMI dibubarkan maka sasarannya berikutnya adalah PMII. Keberadaan HMI akan membuat fokus serangan tidak berubah dan membuat perkembangan PMII tidak mengalami gangguan besar.

Aspek lain adalah saat Deklarasi Murnajati. Di mana PMII memutuskan independen dari Partai NU. Saat itu, rezim Soeharto berupaya mengkonsolidasi kekuasaannya melalui seperangkat regulasi politik yang memungkinkan rezim untuk membubarkan suatu partai politik.

Pilihan di atas diambil apabila partai politik menjadi oposisi dan berkonfrontasi terus menerus. Sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi kemungkinan terburuk yang mungkin saja akan menimpa Partai NU.

Contoh bagaimana menjadi underbouw merupakan langkah bisa menjadi malapetaka adalah seperti yang dialami PKI beserta CGMI pada penghujung awal Orba berdiri. Maka PMII pada saat itu memutuskan independen.

Langkah cerdik-terukur di atas merefleksikan kapasitas seorang pemimpin yang mumpuni pada masanya.


sumber: Dwi Winarno's Blog. 16 April 2012. Harlah PMII Ke-53: Upaya Mencapai Kebaikan Kolektif. Diakses pada 21 Juli 2022, dari https://larasbumi.wordpress.com/2013/04/16/harlah-pmii-ke-53-upaya-mencapai-kebaikan-kolektif/

Posting Komentar

0 Komentar